jump to navigation

Pembuatan Celah di Sungai Porong Tidak Efektif September 25, 2008

Posted by gebraklapindo in Berita.
trackback
KOMPAS/ARIS PRASETYO / Kompas Images Celah selebar 10 meter hingga 15 meter yang dibuat pada endapan lumpur Lapindo di Sungai Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (24/9), tidak efektif untuk mengalirkan air dan menghanyutkan lumpur ke laut. Endapan lumpur kini mencapai panjang 2 kilometer dengan tebal 5 meter

KOMPAS/ARIS PRASETYO / Kompas Images | Celah selebar 10 meter hingga 15 meter yang dibuat pada endapan lumpur Lapindo di Sungai Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (24/9), tidak efektif untuk mengalirkan air dan menghanyutkan lumpur ke laut. Endapan lumpur kini mencapai panjang 2 kilometer dengan tebal 5 meter

SIDOARJO, KOMPAS – Pembuatan celah pada endapan lumpur Lapindo di Sungai Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, tidak efektif untuk mengalirkan air dan mendorong lumpur ke laut. Endapan lumpur Lapindo di sungai tersebut kini memanjang hingga 2 kilometer dengan tebal 5 meter.

Kepala Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Achmad Zulkarnain menyatakan, tanpa ada penggelontoran dengan debit air cukup besar, lumpur tidak bisa hanyut ke laut lewat celah selebar 10 meter hingga 15 meter pada endapan lumpur di Sungai Porong itu. Saat ini sejumlah alat berat masih digunakan untuk menyingkirkan endapan lumpur dari tengah sungai.

”Air dari Dam Lengkong di Mojokerto yang sedianya untuk menggelontor tidak ada di musim kemarau ini. Kami hanya bisa menunggu musim hujan tiba,” ujar Zulkarnain, Rabu (24/9) di Sidoarjo.

Beberapa waktu belakangan kolam penampungan lumpur mendekati penuh dan tanggul terancam jebol. Karena itu, sejak minggu kedua September seluruh semburan lumpur Lapindo— 100.000 meter kubik per hari—dibuang ke Sungai Porong. Akibatnya, aliran air sungai terhenti terutama di bawah jembatan tol Porong-Gempol sehingga air tertahan dan permukaan air sungai meninggi.

Dampaknya, air bercampur lumpur merembes ke sawah dan pekarangan warga di sekitar Sungai Porong, yaitu di Desa Pejarakan dan Desa Besuki. Kedua desa yang sudah dimasukkan ke dalam peta terdampak lumpur Lapindo tersebut masih dihuni karena warga belum mendapat ganti rugi. Warga khawatir terjadi banjir saat musim hujan nanti.

Menurut Zulkarnain, celah dibuat selain untuk mengalirkan air sungai dan mendorong lumpur ke laut juga untuk menurunkan tinggi permukaan air sungai yang tertahan endapan lumpur. Dengan demikian, ancaman banjir bisa dikurangi.

Warga desa-desa di Kecamatan Jabon yang wilayahnya dilalui Sungai Porong telah beberapa kali memprotes pembuangan lumpur ke sungai melalui unjuk rasa. Bahkan, warga pernah menutup pipa pembuangan lumpur ke sungai. Namun, pembuangan lumpur ke Sungai Porong menjadi satu-satunya pilihan saat kolam penampungan lumpur semakin penuh.

Camat Jabon Totok Maryanto mengkhawatirkan pembuangan lumpur ke sungai akan menimbulkan banjir. Apalagi, endapan lumpur di sungai semakin tinggi. Saat ini mulai terbentuk tumpukan endapan menyerupai pulau-pulau kecil di sungai.

”Kami berharap agar normalisasi Sungai Porong lekas selesai sebelum musim hujan tiba. Jika tidak, kami khawatir desa-desa yang ada di sekitar sungai terendam,” kata Totok. (APO)

Comments»

No comments yet — be the first.

Leave a comment